Selama menjalani berbagai proyek di bidang pengembangan dan perancangan produk digital, saya semakin menyadari bahwa proses pembuatan sebuah aplikasi tidak hanya berfokus pada aspek teknis semata. Ada perjalanan yang cukup panjang di balik setiap tampilan, fitur, hingga alur penggunaan yang terlihat sederhana. Pengalaman ini perlahan membentuk cara pandang saya terhadap teknologi, terutama mengenai bagaimana sebuah produk dapat benar-benar bermanfaat bagi penggunanya.
Salah satu proyek yang memberikan banyak pelajaran adalah ketika saya terlibat dalam pembuatan aplikasi tukar jasa (Jagakuin) sebagai bagian dari sebuah kompetisi. Pada tahap awal, saya membayangkan aplikasi ini akan cukup mudah dirancang: pengguna menawarkan jasa, lalu seseorang yang membutuhkan dapat menghubungi. Namun, setelah masuk lebih dalam, saya memahami bahwa perilaku pengguna jauh lebih beragam dari yang saya bayangkan. Mereka membutuhkan proses yang cepat, jelas, dan tidak membuat bingung. Dari situ, saya belajar bahwa desain bukan hanya soal estetika, tetapi bagaimana sebuah sistem dapat menerjemahkan kebutuhan manusia ke dalam bentuk visual dan interaksi yang masuk akal.
Pengalaman lain yang tidak kalah berarti datang dari pengerjaan Sistem Informasi Pencatatan Penduduk Desa. Berbeda dengan aplikasi berbasis kompetisi, proyek ini berhubungan langsung dengan kebutuhan administratif masyarakat. Bekerja dengan perangkat desa memberikan sudut pandang baru tentang tantangan digitalisasi di tingkat lokal. Banyak dari mereka sebenarnya ingin beralih ke sistem yang lebih modern, tetapi ragu karena khawatir tidak dapat mengoperasikannya. Hal ini membuat saya semakin memperhatikan aspek kejelasan navigasi, kesederhanaan tampilan, serta konsistensi informasi. Saya belajar bahwa solusi digital tidak akan digunakan jika tidak ramah bagi mereka yang membutuhkan.
Selain itu, pengerjaan UI/UX untuk aplikasi peminjaman barang (SiPinjam) juga menjadi salah satu proses yang cukup membuka wawasan. Fitur yang tampaknya sederhana ternyata memerlukan banyak pertimbangan detail—mulai dari penempatan tombol, alur peminjaman tempat, hingga bagaimana pengguna memahami status peminjaman. Pengalaman ini menegaskan bahwa hal-hal kecil yang sering diabaikan justru sangat menentukan kenyamanan sebuah aplikasi.
Di balik setiap proyek, saya merasakan adanya proses belajar yang tidak pernah berhenti. Setiap desain yang saya buat, setiap prototipe yang saya susun, dan setiap revisi yang harus dilakukan memberi pemahaman baru tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk digital. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat seseorang mencoba antarmuka yang saya rancang dan merasa bahwa aplikasi tersebut mudah digunakan. Momen-momen sederhana seperti ini menjadi pengingat bahwa tujuan utama dari sebuah produk digital adalah mempermudah, bukan mempersulit.
Melalui perjalanan ini, saya menyimpulkan bahwa dunia desain dan pengembangan digital adalah arena yang terus berkembang. Setiap tantangan yang muncul mendorong saya untuk memahami lebih dalam bagaimana teknologi dapat menjawab masalah nyata. Saya menikmati proses tersebut—baik keberhasilannya maupun kegagalannya—karena keduanya membawa saya pada pemahaman yang lebih matang tentang peran saya sebagai perancang dan pengembang.
Pada akhirnya, saya merasa bahwa setiap proyek, sekecil apa pun, selalu memiliki cerita dan pelajaran tersendiri. Dan mungkin itulah salah satu alasan terbesar mengapa saya terus bertahan di dunia ini: selalu ada sesuatu yang baru untuk dipelajari, selalu ada masalah yang menunggu untuk diselesaikan, dan selalu ada peluang untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
